Tin-tin, brem-brem, ngeng-ngeng suara mobil dan motor di pagi hari, orang-orang pada berpergian. Padahal, baru jam 5 pagi, orang-orang takut kena macet, makannya mereka pergi pagi sekali, bermacam-macam keperluan orang di pagi hari ada yang pergi bekerja, mengantar anak sekolah, pergi berjualan, dan acara-acara lainnya, kebiasaan orang-orang yang pergi pagi sekali terdapat di kota-kota besar salah satu kota yang akan diceritakan ini adalah kota besar yang ada di Indonesia, kota ini terdapat di Provinsi Jawa timur, dari jaman dulu Provinsi Jawa Timur tidak ada pemekaran seperti kota-kota lain yang ada di Indonesia. Cerita ini akan terjadi di Kota Surabaya tepat nya di Kota Surabaya banyak penduduk nya. Di kota ini banyak orang yang sukses, tapi banyak juga orang yang hidup nya melarat seperti cerita yang akan berlangsung ini. Di pagi hari jalan raya penuh dengan kendaraan dan orang-orang yang berjalan kaki. Orang yang berjalan kaki banyak juga memiliki tujuan seperti ada yang menunggu jemputan, olahraga, dan juga ada orang yang bekerja di jalanan menghampiri barang-barang bekas yang masih layak terpakai, yaitu yang pekerjaannya sebagai pemulung yang dari pagi hingga sore bekerja untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarganya. Dari berapa banyak pemulung yang ada, ada 2 orang pemulung yang bersahabat, pemulung ini bernama Pak Gondrong dan Pak Gundul mereka di panggil seperti itu karena rambut mereka yang gundul dan gondrong. Pak Gundul dan Pak Gondrong tinggal di kolong jembatan, mereka tidak mempunyai rumah karena untuk makan saja susah bagaimana untuk memiliki rumah yang layak, tidak hanya Pak Gundul dan Pak gondrong yang tinggal di kolong jembatan, banyak juga yang tinggal di kolong jembatan, itu disebabkan lowongan pekerjaan di daerah Surabaya kurang, Kota Surabaya juga banyak penduduk nya karena banyak orang yang dari daerah-daerah sekitarnya bekerja di Kota Surabaya, dan juga karena mereka mau usaha tapi tidak mempunyai modal dan jadi mereka hanya bisa memulung , mengamen ,dan pekerjaan lain nya. Pak Gundul dan Pak Gondrong hanya tinggal berdua saja, keluarga Pak Gundul dan Pak Gondrong meninggalkan mereka, istri dan anak-anak mereka tidak mau hidup susah makanya istri Pak Gundul dan Pak Gondrong meninggalkan mereka. Pak Gundul dan Pak Gondrong sudah lama di tinggalkan oleh keluarganya hingga sekarang umur Pak Gundul 50 tahun sedangkan umur Pak Gondrong 40 tahun. Tidak banyak yang mereka bisa dapat dari pekerjaan nya ya, paling banyak ada 10.000 sehari. Kadang-kadang mereka Cuma dapat 5000 rupiah karena mereka bekerja jam 9. Tapi Pak Gundul dan Pak Gondrong adalah sarjanah, karena mereka tidak mendapatkan pekerjaan mereka harus menganggur dan lama-lama lebih memilih menjadi pemulung yang gaji nya tidak seberapa. Karena Pak Gundul dan Pak Gondrong bekerja dari pagi hingga sore, dan istirahat nya mereka kurang, Pak Gundul pun menjadi sakit-sakitan dan juga karena faktor sudah tua dan sudah tidak terlalu kuat untuk bekerja yang berat. Hingga di hari rabu Pak Gundul tidak bekerja, jadi Pak Gondrong saja yang bekerja. Pak Gondrong bekerja menghampiri tong sampah- tong sampah yang ada di pinggir jalanan untuk dijual nanti Pak Gondrong bekerja dengan gerobak tuanya hingga azan sholah dzuhur tiba, Pak Gondrong pergi ke Mesjid untuk sholat dan melepaskan lelah nya. setelah sholat Pak Gondrong kembali bekerja, hingga jam 4 Pak Gondrong menyetorkan hasil memulung nya tadi. Pak Gondrong mendapatkan 8000 rupiah, mendapatkan 8000 saja sudah Alhamdulillah. Pak Gondrong dengan lelah nya bekerja Pak Gondrong menghampiri sebuah warung yang ada di pinggir jalan, warung itu bernama warung Bu Tami disitu Pak Gondrong membeli 2 nasi bungkus dan 2 aqua gelas itu semua harganya 6000 rupiah. Setelah pergi untuk membeli makanan yang akan dimakannya dengan Pak Gundul dan Pak Gondrong kembali ke rumah nya (kolong jembatan). Pak Gondrong melihat sebuah kotak yang ada di pinggir jalan, Pak Gondrong berpikir mau diapakan kotak itu ?, Pak Gondrong berniat mengembalikan kotak itu kepada pemilik nya dengan cara melaporkan ke kantor polisi bahwa Pak Gondrong menemukan kotak di pinggir jalan. Karena sudah azan magrib Pak Gondrong pulang saja dan besok akan dikembalikan nya kotak itu ke kantor polisi. Sesampai di rumah nya ( kolong jembatan ). Pak Gondrong menaruh gerobak nya dan langsung mencari Pak Gundul, Pak Gondrong melihat Pak Gundul sedang berbaring di atas kardus. Pak gondrong berkata “Pak Gundul ayo makan tadi aku sudah belikan nasi bungkus di warung” kata Pak Gondrong. “ya trimakasih banyak Pak Gondrong, saya juga minta maaf karena merepot kan Pak Gondrong dan tidak menemani Pak Gondrong bekerja”jawab Pak Gundul. Pak Gondrong menjawab lagi “tidak usah pikirin itu Pak Gundul, yang penting Pak Gundul sekarang sahat dulu. “sesambil makan Pak Gondrong memberi tau kepada Pak Gundul kalau tadi saat mau pulang Pak Gondrong menemukan sebuah kotak di pinggir jalan dan kotak nya itu di bawa pulang. Pak Gundul berpikir bahwa ini adalah kesempatan emas untuk Pak Gundul untuk bisa menjadi orang kaya, jadi Pak Gundul tidah usah capek – capek memulung lagi seperti sekarang ini. Dia mengharapkan kotak itu berisi barang berharga seperti uang atau perhiasan. Setelah makan Pak Gundul menunggu Pak Gondrong tertidur, tetapi Pak Gondrong belum tertidur hingga jam 9 dan akhirnya Pak Gondrong tertidur dan waktunya Pak Gundul saat menjadi orang yang kaya raya dalam hati Pak Gundul. Pak Gundul mulai mengendap-ngendap dan berusaha pergi meninggalkan Pak Gondrong dalam hati Pak gundul berkata “selamat tinggal sahabat ku, aku bosan jadi orang miskin seperti kita sekarang ini” dan Pak Gundul pun berjalan mengahampiri gerobak Pak Gondrong dia mencari dimana kotak yang diceritakan Pak Gondrong itu, tetapi Pak Gundul tidak menemukan kotak itu di dalam gerobak Pak Gondrong. Pak Gundul kembali ke tempat istirahat Pak Gundul dengan berjalan pelan-pelan Pak Gundul sambil memikirkan bahwa jika kotak itu isinya sebuah perhisan atau mungkin saja kotak itu isi nya uang yang bisa membuat Pak Gundul menjadi orang yang kaya raya. Sampai ditempat peristirahatan Pak Gondrong Pak Gundul mencari kotak itu, Pak Gundul melihat Kotak itu ada disamping Pak Gondrong beristirat. Pak Gundul dengan perasaan yang gembira karena sudah menemukan kotak itu dan sebentar lagi dalam hati Pak Gundul, kotak itu akan menjadi miliknya. Pak Gundul pun mengambil kotak itu dengan pelan-pelan dan membawa kotak itu jauh dari Pak Gondrong. Jam sudah menunjukan jam 10.45, hari sudah menunjukan tengah malam. Pak Gundul mencari tempat yang sepi untuk membuka kotak itu, sambil berjalan dengan malam yang gelap gulita,dan dan dengan dinginnya udara malam hari. mobil dan motor masih banyak yang berlalulalang, karena di kota – kota besar memang tidak ada sepi di jalan raya. Pak Gundul akhirnya menemukan tempat yang sepi, tempat itu ada di sebuah taman, Pak Gundul melihat tidak ada Orang yang ada di taman itu. Pak Gundul duduk di kursi yang ada di taman dan mulai membuka kotak itu perlahan-lahan, dan Pak Gundul mengintip isi kotak itu dan langsung membukanya. Dan ternyata isi kotak itu hanya sebuah sisir yang berwarna merah. Pak Gundul kaget “kenapa sebuah sisir ?”, dan “untuk apa sisir ini aku saja tidak mempunyai rambut”. Pak Gundul mulai menyesali perbuatan nya Pak Gundul sadar bahwa perbuatan yang dia lakukan itu tidak baik dan dan perbuatan Pak Gundul yang ingin meninggalkan sahabat yang sanagat baik bagi Pak Gundul. Sambil berbaring di kursi ia berpikir – pikir “apa Pak Gondrong mau memafkan aku ?” tak lama Pak Gundul mengantuk dan tertidur di kursi itu, dan bermimpi ada sebuah makhluk yang menyeramkan yang tidak pernah Pak Gundul melihat nya. makluk menyeramkan itu berkata kepada Pak Gundul “hey! Gundul, kamu seharus nya bersyukur mempunyai sahabat yang baik kepada mu dan kamu juga harus berbuat jujur kepada Pak Gondrong kalau kamu telah mengambil kotak itu dari nya tanpa sepengatahuan Pak Gondrong, dan kamu Pak Gundul harus meminta maaf kepada Pak Gondrong.” Pak Gundul tidak bisa berkata apa-apa di depan makluk yang menyeramkan itu, tak lama makluk menyeramkan itu menghilang dalam sekejap dan tak lama Pak Gundul melihat sosok Bapak, Bapak itu muka nya bersinar seperti cahaya, semakin dekat sinar itu menghilang dan ternyata bapak-bapak itu Pak Gondrong, Pak Gondrong, sepertinya ingin berkata tetapi susah sekali dan Pak Gondrong itu berkata dengan suara pelan “maafkan aku Pak Gundul, aku tidak bisa menganggap kamu sebagai sahabat ku lagi Pak Gundul kau meninggalkan aku saat sahabat mu susah dan kenapa kau tidak jujur kepada ku, tidak akan ku maafkan kamu Pak Gundul, dalam hati Pak Gondrong seperti gunung mengamuk tapi Pak Gondrong menahan emosinya. Kemudian Pak Gondrong mengangkat tangan nya dan tangan Pak Gondrong mengeluarkan sinar, sinar itu menutupi semua anngota tubuh Pak Gondrong dan tak lama sinar itu menghilang dan Pak Gondrong juga tak ada lagi. Pak gondrong berteriak “ jangan tinggal aku Pak Gondrong, tolong maafkan aku Pak Gondrong, aku telah berbohong kepadamu” Pak Gundul pun terbangun dan ternyata Pak Gundul bermimpi yang menyeramkan dan Pak Gundul segera balik ke rumah untuk bertemu dan meminta maaf ke rumah. Pak Gundul pulang ke rumah nya (kolong jembatan) dan mencari-cari dimana sahabat yang sudah dia tinggal kan nya. dia melihat Pak Gondrong sedang makan siang, Pak Gundul menghampiri Pak Gondrong dan langsung berkata “assalamualaikum Pak Gondrong maafkan aku, aku telah meninggalkan mu dan tidak berkata jujur kepada sahabatku aku telah berdosa kepada mu aku juga telah mengambil kotak dari mu, tolong maafkan aku Pak Gondrong.” Pak Gondrong menjawab “waalaikumsalam sahabat ku Gundul aku telah memafkan mu.” Pak Gundul pun menjawab “trimakasih Pak Gondrong sahabatku yang baik hati engkau telah memafkanku dan aku bisa mengambil hikma atas perbuatan ku, agar saya tidak berbohong lagi kepada siapa pun. Setelah dari kejadian itu Pak Gundul dan Pak Gondrong bekerja keras, kerja sama antara Pak Gundul dan Pak Gondrong dan dengan rasa syukur kepada ALLAH. Pak Gundul dan Pak Gondrong sekarang kehidupan mereka bisa tercukupi, dan Pak Gundul dan Pak Gondrong bisa mempunyai rumah sendiri, mereka tidak tinggal di kolong jembatan lagi
Featured Posts
Jumat, 27 Mei 2016
Mujahid A R - Kejujuran Akbar
Setiap pagi Akbar selalu berjualan koran di dekat lampu merah Jl.Habibon dan tak jauh dari pekarangan rumahnya yang dekat dari jalur perkotaan yang sangat ramai. Biasanya, Akbar selalu berangkat pagi sekali untuk membeli koran di tempat produksi koran terlaris di kotanya. Sifat rela berkorbanya itu ia lakukan demi kebutuhan Ibunya yang sedang sakit dan adiknya yang baru berusia 5 tahun. Sebenarnya, Akbar sudah lama mencari nafkah untuk keluarganya karena ayahnya pergi merantau ke luar kota untuk mencari pekerjaan. Akbar biasanya menjual koran dengan teman sekolahnya yang menjalani hidup seperti dia. Sering kali, Guru sekolahnya membantu Akbar dengan memberi uang jajan dan memberi makanan untuknya dan untuk keluarganya. Hasil penjualannya hanya cukup untuk membeli lauk dan membeli obat untuk Ibunya. Kalau ada waktu luang biasanya Akbar menambah uang dengan melakukan pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingannya adalah menjaga kambing tetangga dan memberinya makan. Biasanya ia menjaga kambing Pak Somad. Pak Somad adalah orang terkaya di kampung tersebut sekaligus ia menjabat sebagai Ketua RT di kampung tersebut.
Akbar juga biasanya membaca buku sekolah untuk menambah ilmu dan untuk menggapai cita-citanya itu menjadi guru. Akbar juga pernah menjadi juara kelas di sekolahnya itu. Akbar juga tidak lupa untuk beribadah. Setiap adzan dikumandangkan kegiatan yang dilakukan pasti diberhentikan sejenak untuk shalat di Masjid dekat rumahnya itu. Selain mempunyai sifat Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Akbar juga suka berkata jujur kepada setiap orang, sebab Akbar terlahir dari keluarga yang baik dan sederhana. Akbar juga banyak mempunyai prestasi,salah satunya adalah ia pernah memenangkan lomba cerdas cermat, maka dari itu banyak guru sekolahnya suka kepadanya. Akbar juga tidak suka memilih milih teman dalam pergaulannya Menurut Akbar semua temannya sama, ia tidak membeda-bedakan bodoh dan pintarnya. Selain itu, Akbar juga menghormati temannya yang berbeda agama dengan dirinya,maka dari itu banyak temannya yang suka dengan dirinya. Akbar juga sering membantu kakek tua di dekat rumahnya itu. Biasanya akbar memberi makanan kepada kakek yang hidup sendiri itu. Akbar juga mempunyai sifat rajin. Ia bisanya mencuci baju, membersihkan rumah, mencuci piring, memasak dan lain lain. Akbar memang beda dari teman-temannya itu, yang biasanya temanya hanya menyuruh ibu dan bapaknya itu. Akbar hanya bisa berdoa dan bekerja keras.
Suatu pagi, tepat pukul 06.55 Akbar bergegas ke tempat produksi Koran. Disana sudah banyak teman-temannya untuk membeli koran. Setelah ia sudah membeli koran yang harganya separuh dari hasil penjualannya kemarin, Akbar langsung berjualan di tempat yang biasanya ia jual itu. Disana sudah ramai orang dengan kendaraannya masing-masing, seketika Akbar langsung berteriak ‘koran koran’ tiba-tiba langsung senang hati Akbar, karena banyak yang mau membeli koran Akbar. Hingga akhirnya dagangan Akbar habis. ‘Alhamdulillah daganganku habis’ kata Akbar. Sebenarnya Akbar ingin pulang ke rumahnya, tapi Akbar langsung ke masjid karena waktu Sholat Dzuhur tiba.Setelah Sholat, Akbar langsung pulang ke rumahnya, tapi ada kejadian yang mengejutkan karena di tengah jalan Akbar menemukan sebuah dompet yang berisi uang yang sangat banyak, lalu Akbar berkata ‘Kasihan sekali orang ini, lebih baik aku pulang dulu ke rumah lalu aku kembalikan dompet ini’ seketika Akbar langsung berlari menuju rumahnya, tapi di pertigaan jalan ada dua orang perampok, langsung saja Akbar berlari sekencang mungkin untuk menghindar dari perampok itu, akhirnya Akbar selamat dari dua orang jahat itu. Sesampai di dalam rumahnya, Akbar langsung menceritakan tentang dompet yang ia temui. Akbar berkata ‘Bu, tadi aku menemukan dompet yang berisi banyak sekali uang tapi bagaimana aku mengembalikan dompet ini bu?’ seketika Ibu akbar berkata ‘Lihat saja di KTPnya pasti ada alamat rumahnya’. Mendengar perkataan ibunya Akbar langsung berpamitan kepada ibunya. Setelah melihat alamat rumah pemilik dompet itu, Akbar langsung bergegas ke alamat rumahnya, tapi dia tidak tahu dimana JL.Sudirman karena alamat rumahnya JL.Habibon dan dia tidak pernah jalan ke sana,jadi dia tidak tahu JL.Sudirman itu dimana, akhirnya Akbar mencari ide agar dia bisa mengembalikan dompet itu. Langsung seketika Akbar mempunyai ide untuk bisa mengembalikan dompet itu. Ide Akbar adalah pergi ke taman kota dan melihat denah rumah- rumah di kotanya, walaupun jauh, Akbar tetap berusaha untuk mengembalikan dompet tersebut. Akhirnya, Akbar sampai di Taman kota,tetapi ada satu hal yang membuat Akbar bingung karena JL.Sudirman sangat jauh dari rumahnya itu, akhirnya Akbar berniat pulang ke rumahnya karena dia bingung bagaimana cara agar dia bisa sampai di sana. ‘Sebaiknya aku pulang, karena aku mau memikirkan ide untuk bisa sampai ke sana’ pikirnya. Sesampainya di rumah, Akbar langsung ditanya oleh ibunya, ‘Akbar, sudah mengembalikan dompet itu?’. Akbar langsung berkata ‘Belum bu, karena alamat rumahnya jauh sekali dari sini, Akbar masih mencari cara untuk bisa ke sana’. Ibunya lansung menjawab ‘Ya sudah kalau begitu, sekarang kamu mandi dulu baru sholat magrib.’ Akbar pun langsung melaksanakan perintah ibunya. Setelah itu, Akbar belajar sebentar sambil memikirkan cara yang lebih baik.
Akhirnya Akbar mempunyai ide yang kemungkinan lebih cemerlang lagi. Akbar berkata ‘Aha, aku punya ide sekarang aku tidur aja dulu’. Keesokan harinya, Akbar tidak berjualan koran karena dia mau mengembalikan dompet tersebut. Sehabis sarapan, Akbar langsung berpamitan pada ibunya dan pergi untuk mengembalikan dompet tersebut, tapi Akbar pergi ke Taman kota untuk melaksanakan idenya itu. Ia bekerja mengumpulkan botol – botol bekas untuk dijualnya. Hingga sudah banyak terkumpul Akbar berhenti sejenak untuk melaksanakan sholat dzuhur. Sehabis sholat dzuhur Akbar menjual botol bekasnya di Toko Kerajinan barang bekas yang dekat dari Taman kota. Ternyata, hasil jualan botol bekas itu Rp.20.000. Akbar pun berkata ‘Alhamdulillah,cukup untuk naik taksi ke JL.Sudirman dan sisanya untuk membeli obat untuk ibu, Alhamdulillah’. Akbar langsung naik taksi untuk bisa mengembalikan dompet itu. Akhirnya, Akbar sudah sampai di rumah yang punya dompet itu. Akbar pun mengucapkan salam ‘Assalamualaikum’ terdengar jawaban dari dalam rumah ‘Walaikumussalam’. Akbar langsung berkata ‘Bisakah saya bertemu orang yang punya dompet ini?’, orang itu pun menjawab ‘Silakan masuk dek, kita bicarakan di dalam, ayo!’. Akbar pun masuk ke dalam rumah tersebut dan membicarakan tentang dompet itu, Akbar pun berkata ‘Saya mendapatkan dompet ini sehabis saya menjual koran dan bisakah saya bertemu dengan DR.Sriwijaya?’. Orang itu langsung menjawab ‘Ya dek, saya sendiri dan siapa nama adek?’. Akbar pun menjawab ‘Akbar, dan ini pak dompetnya’. DR.Sriwijaya pun berterima kasih kepada Akbar, tapi Akbar langsung berkata ‘Maaf pak, tapi saya harus pulang karena saya pasti dicari ibu saya!’. DR.Sriwijaya langsung menjawab ‘Baik dek, tapi mari saya antar pulang sebagai rasa terima kasih saya’. Sesampai di rumah Akbar, DR.Sriwijaya merasa kasihan dengan kondisi rumah Akbar, tapi sampai di depan pintu terdengar suara seperti gelas pecah, langsung seketika mereka masuk ke dalam rumah .Ternyata itu dari Ibu Akbar yang pingsan. DR.Sriwijaya langsung berkata ‘Ayo, kita bawa ke Rumah Sakit!’. Sesampai di Rumah Sakit, DR.Sriwijaya langsung memeriksa kondisi ibu Akbar. Selama Ibu Akbar masih dirawat, Akbar dan adiknya tinggal di rumah DR.Sriwijaya dan biaya perawatan Ibunya ditanggung oleh DR.Sriwijaya. Akbar dan adiknya juga diberi beasiswa. Setelah sembuh, Ibunya sangat berterima kasih kepada DR.Sriwijaya. Langsung seketika Akbar berkata ‘Terima kasih dokter atas semuanya’. DR.Sriwijaya menjawab ‘Sama-sama, ini semua karena kejujuranmu Akbar’. Akhirnya keluarga Akbar menjadi sangat bahagia. Akbar pun berkata pada ibunya ‘Bu, baik sekali DR.Sriwijaya’ ibunya pun langsung menjawab ‘Iya, semoga Allah membalas kebaikannya’.’Amin’ kata Akbar, tapi sesuatu terjadi, Ibu Akbar langsung pingsan seketika .Akbar langsung menelpon DR.Sriwijaya .Ketika DR.Sriwijaya dating. Ibu Akbar langsung diperiksa sama DR.Sriwijaya, tiba-tiba DR.Sriwijaya berkata ‘Akbar yang sabar ya, karena ibu Akbar sudah tidak ada, ‘Innalillahi wainnailayhirojiun’. Akbar langsung menangis, begitu pula adiknya. Sore harinya, jenazah ibu Akbar dimakamkan . DR.Sriwijaya berkata ‘Sabar ya nak, tapi kalian boleh tinggal di rumah dokter’ Akbar menjawab ‘Terima kasih dok’. Akhirnya, Akbar menjalani hidupnya bersama DR.Sriwijaya yang dianggap sebagai orang tuanya itu. Akbar juga sering berdoa agar ibunya di tempatkan di tempat yang paling baik. Adiknya juga senang karena bisa bersekolah walaupun tidak ada orang tuanya. Akhirnya, Akbar kembali bahagia.
M Ichsan F - Kejujuran
Kakiku tak henti-hentinya berjalan. Hilir mudik di antara orang-orang hendak membeli makanan. Mengangkuti piring-piring kotor dan membawanya ke belakang. Membersihkan meja-meja yang kotor dan menerima pesanan para pelanggan yang tak hentinya datang.
“Mbak,aku pesen ayam bakar dan nasi bakar ya !”
“Mbak tolong tambah air dong!”
“Mbak tolong bersihin meja ini dong! Kotor nih kena cipratan makanan.”
“Iya –iya baik.”
Peluh besar-besar mengalir deras dari dahiku. Selama sehari penuh aku berjalan mondar-mandir, memenuhi keinginan para pelanggan. Tepat jam 5 sore, restoran kami tutup. Hari ini, aku kebagian tugas untuk membersihkan restoran.
“Huuuhh !! Akhirnya,sudah selesai .”Keluhku.
“Capek ya Lan?” tanya Hesta.
“Iya nih, super capek banget.”
“Kalau gitu, aku pulang dulu ya ? Udah di jemput .Byee!”
“Iya, byee ! Hati-hati di jalan ya ?”
“Iya.”
Setelah 15 menit beristirahat sebentar di restoran, aku berjalan ke belakang. Membuka lokerku dan mengganti pakaian kerjaku dengan pakaian biasa. Di restoran, aku tingggal seorang diri, semua teman-temanku sudah pulang semua. Termasuk juga bosku.Aku merenung sebentar.
“Kapankah hidupku bisa lebih berkembang? Ibu,adik-adik,maafin kakak ya. Kakak janji, akan menjadi lebih baik lagi. ”Aku berkata dalam hati sambil menghitung gaji yang aku dapat bulan ini. ”Huuffth! Aku harus lebih hemat nih. Dito harus sekolah. Sebentar lagikan dia masuk SMA, Rifa juga harus masuk SMP.
Aku berjalan gontai menyusuri jalan menuju rumah kosku. Sampai-sampai tak ada seseorang di jalan, malah ada tiga orang yang sedang berdiri menungguku di rumah kosku. Mereka tersenyum melihatku datang.
“Kak Wulan! Kak Wulan! Kami datang !” seru Dito. Deg. Jatungku serasa berhenti. Keluargaku datang.Gimana ini?”
“Kak Wulan, cepet dong sini! Kok malah bengong sih? Mikirin apa? Ini kami datang. Rifa, kak Dito dan Ibu.”Kata Rifa.
“Iya, kamu kenapa nak? Kamu sakit?”
“E. . . .e . . . .o . . . .oh tidak bu. Wulan baik-baik saja. Bgaimana Ibu dan adik-adik bisa tahu kalau Wulan tinggal disini ?”
“Kami diberitahu teman kakak.” jawab Rifa.
“Oooh . . . .Ayo kita masuk. Maaf, kos Wulan kecil Bu. Tapi, nggak papalah asal bisa digunakan untuk berteduh. Ayo, tidak baik di luar terus.”
“Nggak papa, Nak. Yang penting Ibu sudah dapat bertemu dengan kamu lagi.”
Aku hanya dapat tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dalam keluarga kecilku itu. Apalagi Dito dan Rifa,sepertinya mereka sangat bahagia dengan apa yang saelama ini kuberikan padanya. ”Maafkan aku ibu, Dito, Rifa.Kakak terpaksa bohong pada kalian.Kakak tidak punya pilihan lain.Ini semua hanya untuk kalian.Kakak hanya ingin melihat kalian bahagia.”ratap batinku dengan sedih.
“Wulan? Wulan? Kenapa nak ? Dari tadi Ibu perhatikan, kamu melamun terus.Apa yang sedang kamu pikirkan ?Cerita dong sama Ibu !”
“Ti-tidak ada apa-apa kok Bu .Wulan baik-baik saja.Ibu tenang saja.”kataku.
“Benar ? kamu tidak bohong?”
“Tidak Bu Wulan tidak bohong.”
“Ya sudah kalau begitu.”kata Ibu “Oya Wulan,Ibu dan adik-adikmu akan menginap disini selama seminggu untuk liburan .Nggak papa kan ?”
“E . . .em . . . ya, yza nggak papa sih Bu.Terserah Ibu dan adik-adik saja.Wulan malah senang ada temannya disini.”
“Baiklah.”
Hari-hari yang kulalui bersama kedua adik dan Ibuku berjalan baik-baik saja selama 3 hari ini.Namun,pada hari-hari ke-empat Dito menanyakan hal yang sangat membuatku terkejut.Ia bertanya ,kapan dia ,Rifa dan Ibu bisa ke restoran tempat aku bekerja sebagai maneger.Aku kaget sekali,ketika ia menanyakan hal itu.
“Kak Wulan, seperti apa sih tempat kerja kak Wulan ? pasti bagus ya?”
“Ah,nggak.Biasa saja kok.”
“Alaah,nggak mungkin.Kakak kan jadi maneger .Mana mungkin restorannya jelek . . . Ehm,apalagi ruangan kakak.Pasti bagus ya?”tanya Rifa.
“A . . .e . . . ehm.Gimana ya dek?’jawabku gugup.
“Ayolah,kak.Boleh dong?”
“Ehm nanti kakak pikirin lagi deh.”
“Ok! Beneran lho kak ?” kata Dito dan Rifa bersamaan.
“Insya Allah .Kaka brlum bisa janji.”
“Yaaaah . . . .kok gitu sih ?”tanya Dito lesu.
“Soalnya ,bos kakak itu galak.Nggak boleh sembarangan orang masuk ke restoran.Apalagi ke ruangan kakak.”
“Tapi,kita kan keluarga kakak.Boleh ya ? Boleh?”ratap Dito.
“Iya deh.”jawabku mengalah.
Aku berangkat menuju tempat kerjaku.Sesampainya di restoran.aku tidak langsung ganti baju.Aku langsung ke ruangan Bosku yang sekaligus juga temanku sendiri.
“Tok . . .tok . . .tok . . .
“Masuk !” kata Edy
“Pagi, Bos.”sapaku.
“Pagi .Tumben pagi-pagi kamu kesini.Ada apa ?”tanya Edy.
“Begini, Bos . . .”
“Eeh,tunggu-tunggu.Kok kayaknya nggak enak ya,kalau kamu memanggilku
Bos.Panggil Edy saja dong.Biar kesannya nggak formal banget gitu.”
“Iya,deeh Edy.Begini Ed.Sebenarnya,aku mau minta tolong sama kamu.Kira-kira kamu mau nggak,tolongin aku?”
“Tolong apa dulu nih ?Kalau aku bisa,aku pasti bantu.Tolongi apa sih?”
“Gini Ed,boleh nggak,kalu aku jadi maneger di restoran kamu?Sekali ini saja ? Boleh ya ?”
“Memangnya kenapa sih ?”
“Ehm . . .pokoknya ada deh.Ntar kalau aku sudah siap untuk cerita,pasti aku akan ceritakan ke kamu.”
“Baiklah, kalau itu maumu,tapi untuk kali ini saja ya ?”
“Ok deh.Makasih ya,kamu memang temanku yang paling baik.”
“Iya deh,sama-sama.”
“Ya udah aku lanjutin kerjaanku dulu ya ?’
“Iya ?”
Untungnya Edy mengijinkanku. Lalu,aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku.
Hari sudah hampi larut malam.Setelah membersihkan piring-piring yang kotor dan menata meja kursi yang berantakan,aku lalu menuju lokerku untuk ganti pakaian biasa .Setelah itu, aku pulang ke kos-kosan.
Sesampainya di kos-kosan,aku melihat Ibu yang srdang berdiri di teras depan untuk menunggu kedatanganku.
“Assalamu’alaikum ?”
“Wa’alaikum salam.”jawab Ibu. “Kamu jam segini kok baru pulang kerja nak?”
“Iya Bu.
“Ya sudah sekarang kamu masuk dan langsung tidur,pasti kamu capek sekali.”
“Baik Bu.”
Melihat perhatian Ibu yang begitu besar kepadaku,aku jadi merasa bersalah,karena aku tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Ibu.Dan aku juga merasa bersalah kepada kedua adikku.
Ayam jantan sudah berkokok dan matahari pun sudah terbit dari Timur.Tandanya hari sudah pagi.Aku lalu bangun dari tempat tidurku dan merapikannya.Setelah merapikan tempat tidurku, aku lalu mandi,setelah itu ganti baju dan bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Sebelum berangkat kerja kami makan pagi bersama,makan masakan yang telah disiapkan oleh Ibu.Tetapi ketika sedang makan,tiba-tiba Dito dan Rifa nanti mengajak makan siang bersama di restoran tempatku bekerja.
“Kak nanti kita makan siang bersama di restoran tempat kakak kerja ya ?”
“Iya kak,kakak kan sudah janji kepada kita.”desak Rifa membela Dito.
“Ehm . . .gimana ya ?”
“Ayolah kak ,sekali saja biar kami tahu tempat kerja kakak itu seperti apa ?
Iya kan Bu ?”
“Ibu terserah sama kakak kalian saja.”
“Ya sudah deh,ntar kak Wulan jemput jam 12.00 ya.”
“Nah gitu dong kak.Ok deh kak.”
Dalam perjalanan ke restoran,hatiku merasa gelisah.Selalu di hantui oleh perasaan bersalah.Sesampainya di restoran,aku langsung menumui Edy untuk membicarakan soal ini kepadanya.Setelah membicarakan hal ini kepada Edy,kami langsung memberitahukan, kepada para pelayan yang lain untuk berpura-pura memanggilku dengan sebutan Bu Wulan.
“Memangnya kenapa sih Lan,kok tiba-tiba kamu menyuruh kita untuk memanggil kamu dengan sebutan Bu Wulan ?”tanya Hesta.
“Nggak ada apa-apa kok.”
“Ayolah Lan cerita sama aku.Aku kan teman kamu ?’
“Bener Ta,nggak ada apa-apa.”
“Ya sudah deh kalau kamu memang nggak mau cerita sama aku.”
Jarum jam di dinding telah menunjukkan pukul 12.00,ini tandanya aku harus ganti seragam pelayanku dengan pakaian biasa yang lebih rapi.Supaya Ibu dan adik-adikku tidak curiga kepadaku.Dan seelah aku selesai ganti pakaian,aku lalu pergi untuk menjemput Ibu dan adik-adikku untuk makan siang bersama di restoran ini.
Ketika aku tiba di kos-kosan,Ibu dan adik-adikku sudah bersiap-siap untuk pergi.Mereka telah menunggu kedatanganku.Setelah semuanya siap kami pun langsung berangkat menuju ke restoran.
Sesampainya di restoran,kami langsung masuk ke dalam,duduk di meja makan dan memesan makanan kepada pelayan.
“Siang Bu Wulan ?”sapa salah seorang pelayan,yang sudah diberitahu untuk berpura-pura memanggilku dengan sebutan Bu Wulan.
“Siang .”
“Ini keluarga Bu Wulan ya ?”
“Iya ini keluarga saya.”
“O . . .silahkan mau pesan apa ?”
“Kami pesan makanan yang menjadi khas di restoran ini saja.”
“Baiklah,akan segera saya antar.”
“Kak ternyata restorannya kecil ya,benar apa kata kakak.Ya nggak papa lah,yang penting kakak disini kerjanya sebagai seorang maneger.”Kata Dito.
“Iya benar Wulan apa kata adikmu.”tambah Ibu.
Aku hanya bisa terdiam dan mengangguk saat mereka mengatakan itu kepadaku dan aku tambah merasa bersalah.
“Ini Bu pesanannya,silahkan.”
“Iya,terima kasih.Silahkan Ibu,Dito,Rifa,makanannya dimakan.”
“Ehm ternyata makanannya enak ya kak.”seru Dito dan Rifa.
“Iya Lan,Ibu baru pertama kali ini makan masakan restoran,dan ternyata enak ya makanannya ? “Iya Bu.”
Setelah semuannya selesai makan,aku lalu mengantarkan Ibu dan adik-adikku kembali ke kos-kosan .Setelah mengantarkan mereka,aku lalu kembali ke restoran untuk bekerja sebagai seorang pelayan dan bukan sebagai maneger.Aku juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Edy.
“Terima kasih ya Ed,karena kamu telah mengijinkanku untuk melakukan sandiwara ini.”
“Iya,tetapi kenapa kamu melakukan hal ini ?”
“Aku melakukan ini semua,karena aku terpaksa Ed.Aku tidak ingin melihat Ibu dan kedua adikku sedih,melihat aku yang seperti ini,hanya menjadi seorang pelayan.Padahal mereka ingin aku menjadi yang lebih dari itu.Tetapi sekarang ini aku juga masih melamr pekerjaan di kantor-kantor kok.”
“Tetapi apa nggak sebaiknya,kamu berkata jujur kepada mereka,bagaimanapun juga kejujuran itu penting.”
“Iya Ed,aku tahu itu,nanti kalau aku sudah siap pasti aku akan mengatakan yang
sebenarnya kepada mereka.”
“Ya sudahlah,terserah kamu saja,tapi aku berharap kamu secepatnya mengatakan yang sebenarnya kepada Ibu dan kedua adikmu.”
“Ya Ed,makasih atas nasehatnya.”
“Ya sama-sama.”
Pagi hari seperti biasanya,aku pergi untuk kerja,tapi sebelum berangkat aku terlebih dahulu berpamitan kepada Ibu.Setelah sampai di restoran aku langsung menuju lokerku untuk ganti pakaianku dengan pakaian kerja.Saat aku sedang melanyani pelanggan,tiba-tiba Ibu dan kedua adikku lewat melihat aku membaewa nampan,membersihkan piring-piring yang kotor .Mereka kelihatannya sangat terkejut sekali melihat hal ini.
Saat sesampainya di rumah Ibu dan kedua adikku menanyakan hal itu kepadaku.Lidahku rasanya kaku untuk menjawab semua pertanyaan dari Ibu dan kedua adikku,kepadaku.Lalu mau tidak mau,aku harus mengatakan ini semua yang sebenarnya kepada mereka,walaupun aku tahu ini pasti sakit bagi mereka mengetahui hal ini.
“Ibu maafin Wulan.Adik-adik maafin kakak ya,karena Wulan telah berbuhong kepda Ibu dan kalian,tapi saya terpaksa melakukan ini semua.”
“Tetapi kenapa kamu melakukan semua ini nak?”
“Iya kak,kenapa kakak melakukan semua ini kepada kita ?” “Kakak melakukan ini semua,karena kakak tidak ingin melihat Ibu dan kalian sedih melihat keadaan kakak yang seperti ini.”
“Tetapi menjadi seorang pelayan kan pekerjaan yang halal nak?”
“Ibu maafin wulan ya,wulan janji tidak akan berbohong lagi kepada Ibu dan adik-adik.”
“Iya nak,kami pasti maafin kamu.”
Setelah mengatakan yang sebenarnya kepada keluargaku,rasanya hati merasa lebih tenang ,dan tidak merasa bersalah lagi.Lalu pada saat itu aku menerima kabar yang bahagia.
Ternyata lamaranku di terima,pada sebuah kantor dan kini pangkatku naik,menjadi seorang sekretaris Bos.Aku lalu mengundurkan diri dari restoran,tapi aku juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada Edy,yang sudah memberiku pekerjaan.Mendengar kabar ,kalau aku di terima kerja di kantor sebagai seorang sekretaris Bos,keluargaku sangat bahagia sekali.
Gajikku kini lebih dari cukup untuk menghidupi keluargaku.Aku sudah bisa membiayai semua uang sekolah kedua adikku,tanpa mengutang kesa-kemari,dan juga saat ini aku sedang membangunkan sebuah rumah untuk keluargaku disana,
biar mereka tidak mengontrak lagi.Dan,sekarang ini aku sudah dapat tinggal di kos-kosan yang agak besar dan bagus dari kosku yang lama.Hidupku sekarang terasa lebih indah.
Memang benar apa kata orang, jujur itu makmur,jujur itu indah.
Langganan:
Postingan (Atom)