Disahut kemudian suara petir menyambar
Di
sebuah negeri di Kabupaten Paser. Ada seorang pemuda gagah bernama
Nalau, dia tinggal bersama ibunya di pinggiran sungai. Setiap hari
pekerjaan Nalau adalah berladang dan berburu. Pada suatu hari, Nalau
berburu menggunakan sumpit kesayangannya. Tak beberapa lama dia berburu,
dia mendengar ada suara orang bernyanyi.
Riut riang riut
Awat aku kaka Nalau
Kantem kayangku kantem
Kantem kayu daan olai
Sering
suara itu terdengar di telinga. Waktu itu Nalau sedang pergi berburu
menggunakan sumpit masuk ke dalam hutan. Suara-suara itu membuatnya
bingung. Setelah sekian waktu dia mencari asal sumber suara, akhirnya
didapatinya di dahan yang paling tinggi ada seekor owa-owa sedang
bergantungan di sela-sela ranting. Kelihatan tangannya terjepit di dahan
kayu yang cukup besar. Rupanya owa-owa itu kelelahan setelah berusaha
melepas jepitan di tangannya yang ternyata usahanya itu sia-sia. Melihat
hal tersebut, timbullah perasaan dalam hati untuk menolong owa-owa.
Pelan-pelan, Nalau memanjat batang kayu itu mendekati dan menolong
owa-owa yang bergantung dan terjepit tangannya itu. Ia mendekati dan
memotong dahan kayu yang menjepit tangan owa-owa tadi. Akhirnya owa-owa
tadi dapat dibantu oleh Nalau. Owa-owa itupun dibawa pulang oleh Nalau
ke rumahnya.
Nalau pulang ke rumah dengan tangan hampa. Hasil buruan tidak ada sama
sekali selain owa-owa tadi. Sesampainya di rumah, ibunya Nalau
marah-marah kepada Nalau. “Kenapa Nalau pulang tidak membawa apa-apa.
Seperti pelanduk, rusa, dan burung. Kamu hanya membawa seekor owa-owa
saja”.
Entah kenapa dalam diri Nalau timbul rasa kasihan kepada owa-owa.
Nalau lalu membawa owa-owa itu ke dalam kurungan. Diberikannya minum
dan makan seperti dia memelihara ayam-ayam peliharaannya.
Beberapa hari kemudian, Nalau dan ibunya pergi ke ladang. Cukup jauh
mereka berjalan ke ladang tersebut. Mereka jalan dari rumah pagi hari
dan sore hari mereka baru pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, mereka
kaget. Mereka melihat ada berbagai macam makanan. Nalau dan ibunya
heran, bingung, sekaligus takut. Milik siapakah makanan-makanan ini?
Siapakah orang yang mengantar makanan ini? Siapa juga yang membuat rumah
mereka bersih?
Dengan perasaan ragu-ragu, Nalau mencoba memberikan makanan itu
sedikit-sedikit ke hewan peliharaannya. Maksudnya adalah jika hewan
peliharaannya itu kemudian mati, berarti makanan itu terdapat racun di
dalamnya. Pertama diberikan kepada kucing. Tetapi kucing tersebut tidak
mati. Kemudian diberikan kepada anjing, tetapi anjing tersebut juga
tidak mati. Kemudian diberikan ke hewan peliharaan yang lain juga tetap
biasa-biasa. Maka hilanglah perasaan ragu-ragu tentang makanan itu.
Akhirnya, ia mencoba makanan tersebut. Betapa nikmat dan enak makanan
tersebut.
Setelah
mereka memakan makanan tersebut, tidak terjadi apa-apa. Tapi masih
berbagai pertanyaan dan pikiran masuk ke dalam hati Nalau. Apakah
diantara tetangga ada yang mengantar makanan tersebut? Kemudian
bertanyalah mereka dengan tetangga. Tetangga mereka tidak mengantar
makanan dan juga tidak ada yang melihat orang mengantar makanan itu.
Dengan
rasa penasaran, mulailah mereka mengatur siasat. Beberapa hari kemudian
mereka berbohong dengan berpura-pura pergi ke ladang. Tapi sesungguhnya
mereka hanya berada di sekitar rumah. Beberapa waktu kemudian, dari
rumah Nalau terdengar suara perempuan dan suara lain yang
bermacam-macam. Suara-suara itu seperti suara menumbuk padi, membuat
tepung, belah kayu, menimba air, dan menyapu.
Sesudahnya
itu Nalau mendekati dinding dan mencoba mengintip di sela-sela dinding.
Mereka terkejut sampai kaget luar biasa. Mereka melihat seorang
perempuan cantik, bagus rupanya, saat menghadap tempat penginangan.
Cantiknya seperti putri raja. Jadi pada saat perempuan itu melihat daun
sirih, pelan-pelan Nalau masuk ke dalam rumah dan menangkap perempuan
tadi. Perempuan itu akhirnya ditangkap dan memohon-mohon untuk
dilepaskan kembali. Dia menangis dan minta kepada Nalau dan ibunya agar
jangan dibunuh. Nalau dan ibunya memang tidak ada rencana untuk membunuh
perempuan itu. Siapa juga yang mau membunuh perempuan cantik seperti
putri raja dan baik hati pula.
Perempuan cantik itu akhirnya menjadi istri Nalau. Mereka hidup bahagia dan berkecukupan.
Entah
kenapa, entah disaat Nalau kecapaian, Nalau teringat dengan suara dari
owa-owa yang dulu ditolongnya. Sambil berbaring dia meminta kepada
istrinya untuk menyanyikan lagu seperti waktu mereka bertemu dahulu.
Tapi istrinya berharap agar lagu tersebut jangan didengar lagi. Jika
didengar lagi maka istri Nalau tersebut akan kembali ke wujud yang
semula seperti yang dahulu, yaitu jadi owa-owa. Nalau tidak percaya
dengan perkataan istrinya. Dia terus mendesak istrinya untuk bernyanyi.
Karena didesak terus menerus akhirnya istri Nalau terpaksa menyanyikan
lagu tersebut demi permintaan suaminya. Sebelum bernyanyi istrinya
meminta maaf jika ada kejadian setelah dia menyanyikan lagu itu berarti
tanda perpisahan antara mereka. Bernyanyilah istri Nalau …
Riut riang riut
Awat aku kaka Nalau
Kantem kayangku kantem
Kantem kayu daan olai
Belum
habis istri Nalau bernyanyi lagu tadi, bulu di badan istrinya semakin
merata. Setelah lagu selesai, Nalau melihat istrinya tidak cantik lagi
seperti dulu. Ia menjadi tidak suka sekaligus tidak percaya dengan apa
yang baru saja dia lihat. Tapi dengan perasaan yang sangat menyesal
istrinya berkata kepada Nalau “akulah istrimu, kamu sudah melanggar
sumpahmu dulu. Karena kamu sudah melanggar itu maka mau tidak mau aku
harus kembali ke wujud semula. Oleh sebab itu kita berdua harus
berpisah. Jaga anak kita baik-baik. Semoga kita bisa bertemu lagi.
Hanya itu pesanku kepadamu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar