Social Icons

Selasa, 23 September 2014

Unsur Intrinsik Prosa

Unsur intrinsik adalah unsur (hal-hal) yang bisa dikaji dari dalam sebuah prosa, baik secara tersurat, maupun tersirat. Unsur tersebut terdiri dari (1) tema, (2) alur (plot), (3) latar (setting), (4) penokohan, (5) pesan moral (amanat) dan nilai moral, (6) sudut pandang, dan (7) gaya bahasa.
Berikut penjelasannya.

1. Tema
Sebuah cerita pastilah memiliki inti cerita. Inti cerita itulah yang menjadi tema cerita.
2. Alur (plot)
Alur adalah jalan cerita.
Jenis alur:
a. Alur maju
Alur maju yaitu jalan cerita yang disampaikan secara berurut, mulai dari sebab menuju akibat.
b. Alur mundur
Alur maju yaitu jalan cerita yang disampaikan tidak secara berurut. Bagian pertama yang disampaikan berupa akibat, selanjutnya berupa sebab.
c. Alur campuran (maju dan mundur)
Alur maju yaitu jalan cerita yang disampaikan tidak secara tidak beraturan. Bagian pertama bisa berupa sebab, kemudian akibat, kembali sebab, dilanjutkan akibat dan seterusnya.
Tahapan alur:
a. Pengenalan
b. Konflik
(1) Sebab konflik
(2) Klimaks
(3) Akibat konflik
c. Peleraian atau penyelesaian
Jenis konflik:
a. Konflik fisik
b. Konflik batin
c. Konflik ide atau pikiran
3. Latar (setting)
Latar adalah sesuatu yang melatarbelakangi cerita, yang terdiri dari
a. tempat terjadinya cerita,
b. waktu terjadinya cerita, dan
c. suasana yang tergambar dari cerita.
4. Penokohan
Penokohan adalah berbagai hal yang berhubungan dengan tokoh dalam sebuah cerita.
Hal-hal tersebut terdiri dari empat hal berikut.
a. Nama-nama tokoh
Nama semua tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita.
b. Watak-watak tokoh
Semua watak yang dimiliki semua tokoh dalam sebuah cerita. Dengan demikian, satu tokoh bisa saja memiliki lebih dari satu watak.
c. Teknik penokohan
Dalam mengidentifikasi watak tokoh, pastilah memerlukan teknik atau cara.
Berikut penjelasan mengenai teknik-teknik tersebut.
(1) Penjelasan langsung dari penulis prosa
(2) Ucapan tokoh tersebut
(3) Tindakan tokoh tersebut
(4) Ucapan tokoh lain
d. Jenis-jenis tokoh
(1) Jenis tokoh berdasarkan peranan tokoh dalam cerita
(a) Tokoh protagonis
Tokoh yang mendukung (baik) dalam cerita.
(b) Tokoh antagonis
Tokoh yang menentang (tidak baik) dalam cerita.
(c) Tokoh tritagonis
Tokoh penengah antara tokoh protagonis dengan antagonis.
(2) Jenis tokoh berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita
(a) Tokoh utama
Tokoh yang banyak terlibat dalam konflik.
(b) Tokoh pembantu
Tokoh pelengkap dalam sebuah cerita.
(3) Jenis tokoh berdasarkan kemajemukan karakter
(a) Tokoh statis
Tokoh yang dari awal sampai akhir cerita memiliki karakter yang tidak berubah.
(b) Tokoh berkembang
Tokoh yang karena konflik tertentu, mengalami perubahan watak.
(4) Jenis tokoh berdasarkan relevansi karakter tokoh dalam kehidupan nyata
(a) Tokoh tipikal
Tokoh yang memiliki karakter kuat dan khas, yang biasanya ada dalam kehidupan nyata.
(b) Tokoh netral
Tokoh yang memiliki karakter lemah karena memiliki karakter yang bersifat imajinatif sehingga keberadaannya hanya untuk melengkapi cerita.
5. Pesan moral (amanat) dan nilai moral
a. Pesan moral (amanat)
Sesuatu yang menjadi pesan yang ingin disampaikan supaya dilakukan oleh pembaca.
b. Nilai moral
Suatu pelajaran hidup yang terkandung dalam cerita.
6. Sudut pandang
Sudut pandang yaitu cara (sudut pandang) penulis dalam menyampaikan cerita.
Dalam menyampaikan cerita, penulis bisa melibatkan dirinya dalam cerita buatannya dengan memosisikan dirinya sebagai salah satu tokoh, bisa juga tidak melibatkan dirinya dalam cerita buatannya dengan tidak menjadi tokoh.
Jenis sudut pandang.
a. Sudut pandang orang pertama pelaku utama
Penulis melibatkan dirinya dalam cerita buatannya dengan memosisikan dirinya sebagai tokoh utama.
b. Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan
Penulis melibatkan dirinya dalam cerita buatannya dengan memosisikan dirinya sebagai tokoh sampingan atau pembantu.
c. Sudut pandang orang ketiga
Penulis tidak melibatkan dirinya dalam cerita buatannya.
7. Gaya bahasa
Sebuah cerita terkadang mengandung gaya bahasa atau majas. Hal tersebut untuk memperindah cerita. Ada pun jenis-jenis majas tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Hiperbola
Majas yang menyebutkan sesuatu secara berlebihan.
Contoh: Keringatnya deras mengucur.
b. Personifikasi
Majas yang menyatakan perbuatan manusia, tetapi dilakukan oleh bukan manusia.
Contoh: Burung itu menari di atas ranting.
c. Metafora
Majas yang menyatakan sesuatu dengan hal lain yang memiliki kesamaan sifat tertentu.
Contoh: Ibu, engkaulah matahariku.
d. Litotes
Majas yang menyatakan sesuatu dengan mengurangi nilainya.
Contoh: Aku lapar. Berilah aku sesuap nasi.
e. Eufimisme
Majas yang menyatakan sesuatu dengan halus.
Contoh: Aku ke belakang untuk buang air kecil.
f. Sinekdokhe
(1) Pras pro toto
Majas yang menyatakan sesuatu dengan hanya menyebutkan bagiannya.
Contoh: Aku membeli tiga ekor sapi.
(2) Totem pro parte
Majas yang menyatakan bagian dengan menyebutkan seluruhnya.
Contoh: Indonesia mengalahkan Jepang dalam lomba catur tingkat Asia.
g. Alegori
Majas yang menyatakan sesuatu dengan hal lain yang memiliki kesamaan sifat secara menyeluruh (mutlak).
Contoh:
Seorang suami merupakan pemimpin rumah tangga, nahkoda kapal, dalam mengarungi bahtera kehidupan.
h. Antitesis
Majas yang menyatakan sesuatu dengan juga menyebutkan pertentangannya.
Contoh: Kaya atau miskin, itu bukan ukuran dalam mencari sahabat.
i. Paradoks
Majas yang menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh: Hatiku merasa sepi jika tinggal di permukiman yang ramai.
j. Klimaks
Majas yang menyatakan sesuatu secara berurut, mulai dari yang kecil ke yang besar.
Contoh: Lapangan itu dipenuhi anak-anak, remaja, sampai orang tua.
k. Antiklimaks
Majas yang menyatakan sesuatu dengan urutan yang mengecil.
Contoh: Jangankan semilyar, sejuta, seratus ribu, sepuluh ribu pun aku tak punya.
l. Pleonasme
Majas yang menyatakan sesuatu dengan menyebutkan kata yang tidak perlu disebutkan.
Contoh: Nilaiku sangat bagus sekali.
m. Ironi
Majas yang menyatakan sindiran halus dengan menyebutkan lawan maknanya.
Contoh: Wah, rajin sekali kamu, yang lainnya sudah mau pulang, kamu baru datang.
n. Sinisme
Majas yang menyatakan sindiran yang agak kasar karena tidak lagi menggunakan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh: Begitukah yang dinamakan belajar?
o. Sarkasme
Majas yang menyatakan sindiran kemarahan.
Contoh: Otakmu itu otak udang,
p. Repetisi
Majas yang menyatakan sesuatu dengan mengulanginya dengan maksud menegaskan.
Contoh: Aku akan datang ke rumahmu, ke rumahmu.
q. Alusio
Majas yang menyatakan sesuatu dengan sebuah peribahasa.
Contoh: Kamu itu tong yang nyaring bunyinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates