Tin-tin, brem-brem, ngeng-ngeng suara mobil dan motor di pagi hari, orang-orang pada berpergian. Padahal, baru jam 5 pagi, orang-orang takut kena macet, makannya mereka pergi pagi sekali, bermacam-macam keperluan orang di pagi hari ada yang pergi bekerja, mengantar anak sekolah, pergi berjualan, dan acara-acara lainnya, kebiasaan orang-orang yang pergi pagi sekali terdapat di kota-kota besar salah satu kota yang akan diceritakan ini adalah kota besar yang ada di Indonesia, kota ini terdapat di Provinsi Jawa timur, dari jaman dulu Provinsi Jawa Timur tidak ada pemekaran seperti kota-kota lain yang ada di Indonesia. Cerita ini akan terjadi di Kota Surabaya tepat nya di Kota Surabaya banyak penduduk nya. Di kota ini banyak orang yang sukses, tapi banyak juga orang yang hidup nya melarat seperti cerita yang akan berlangsung ini. Di pagi hari jalan raya penuh dengan kendaraan dan orang-orang yang berjalan kaki. Orang yang berjalan kaki banyak juga memiliki tujuan seperti ada yang menunggu jemputan, olahraga, dan juga ada orang yang bekerja di jalanan menghampiri barang-barang bekas yang masih layak terpakai, yaitu yang pekerjaannya sebagai pemulung yang dari pagi hingga sore bekerja untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarganya. Dari berapa banyak pemulung yang ada, ada 2 orang pemulung yang bersahabat, pemulung ini bernama Pak Gondrong dan Pak Gundul mereka di panggil seperti itu karena rambut mereka yang gundul dan gondrong. Pak Gundul dan Pak Gondrong tinggal di kolong jembatan, mereka tidak mempunyai rumah karena untuk makan saja susah bagaimana untuk memiliki rumah yang layak, tidak hanya Pak Gundul dan Pak gondrong yang tinggal di kolong jembatan, banyak juga yang tinggal di kolong jembatan, itu disebabkan lowongan pekerjaan di daerah Surabaya kurang, Kota Surabaya juga banyak penduduk nya karena banyak orang yang dari daerah-daerah sekitarnya bekerja di Kota Surabaya, dan juga karena mereka mau usaha tapi tidak mempunyai modal dan jadi mereka hanya bisa memulung , mengamen ,dan pekerjaan lain nya. Pak Gundul dan Pak Gondrong hanya tinggal berdua saja, keluarga Pak Gundul dan Pak Gondrong meninggalkan mereka, istri dan anak-anak mereka tidak mau hidup susah makanya istri Pak Gundul dan Pak Gondrong meninggalkan mereka. Pak Gundul dan Pak Gondrong sudah lama di tinggalkan oleh keluarganya hingga sekarang umur Pak Gundul 50 tahun sedangkan umur Pak Gondrong 40 tahun. Tidak banyak yang mereka bisa dapat dari pekerjaan nya ya, paling banyak ada 10.000 sehari. Kadang-kadang mereka Cuma dapat 5000 rupiah karena mereka bekerja jam 9. Tapi Pak Gundul dan Pak Gondrong adalah sarjanah, karena mereka tidak mendapatkan pekerjaan mereka harus menganggur dan lama-lama lebih memilih menjadi pemulung yang gaji nya tidak seberapa. Karena Pak Gundul dan Pak Gondrong bekerja dari pagi hingga sore, dan istirahat nya mereka kurang, Pak Gundul pun menjadi sakit-sakitan dan juga karena faktor sudah tua dan sudah tidak terlalu kuat untuk bekerja yang berat. Hingga di hari rabu Pak Gundul tidak bekerja, jadi Pak Gondrong saja yang bekerja. Pak Gondrong bekerja menghampiri tong sampah- tong sampah yang ada di pinggir jalanan untuk dijual nanti Pak Gondrong bekerja dengan gerobak tuanya hingga azan sholah dzuhur tiba, Pak Gondrong pergi ke Mesjid untuk sholat dan melepaskan lelah nya. setelah sholat Pak Gondrong kembali bekerja, hingga jam 4 Pak Gondrong menyetorkan hasil memulung nya tadi. Pak Gondrong mendapatkan 8000 rupiah, mendapatkan 8000 saja sudah Alhamdulillah. Pak Gondrong dengan lelah nya bekerja Pak Gondrong menghampiri sebuah warung yang ada di pinggir jalan, warung itu bernama warung Bu Tami disitu Pak Gondrong membeli 2 nasi bungkus dan 2 aqua gelas itu semua harganya 6000 rupiah. Setelah pergi untuk membeli makanan yang akan dimakannya dengan Pak Gundul dan Pak Gondrong kembali ke rumah nya (kolong jembatan). Pak Gondrong melihat sebuah kotak yang ada di pinggir jalan, Pak Gondrong berpikir mau diapakan kotak itu ?, Pak Gondrong berniat mengembalikan kotak itu kepada pemilik nya dengan cara melaporkan ke kantor polisi bahwa Pak Gondrong menemukan kotak di pinggir jalan. Karena sudah azan magrib Pak Gondrong pulang saja dan besok akan dikembalikan nya kotak itu ke kantor polisi. Sesampai di rumah nya ( kolong jembatan ). Pak Gondrong menaruh gerobak nya dan langsung mencari Pak Gundul, Pak Gondrong melihat Pak Gundul sedang berbaring di atas kardus. Pak gondrong berkata “Pak Gundul ayo makan tadi aku sudah belikan nasi bungkus di warung” kata Pak Gondrong. “ya trimakasih banyak Pak Gondrong, saya juga minta maaf karena merepot kan Pak Gondrong dan tidak menemani Pak Gondrong bekerja”jawab Pak Gundul. Pak Gondrong menjawab lagi “tidak usah pikirin itu Pak Gundul, yang penting Pak Gundul sekarang sahat dulu. “sesambil makan Pak Gondrong memberi tau kepada Pak Gundul kalau tadi saat mau pulang Pak Gondrong menemukan sebuah kotak di pinggir jalan dan kotak nya itu di bawa pulang. Pak Gundul berpikir bahwa ini adalah kesempatan emas untuk Pak Gundul untuk bisa menjadi orang kaya, jadi Pak Gundul tidah usah capek – capek memulung lagi seperti sekarang ini. Dia mengharapkan kotak itu berisi barang berharga seperti uang atau perhiasan. Setelah makan Pak Gundul menunggu Pak Gondrong tertidur, tetapi Pak Gondrong belum tertidur hingga jam 9 dan akhirnya Pak Gondrong tertidur dan waktunya Pak Gundul saat menjadi orang yang kaya raya dalam hati Pak Gundul. Pak Gundul mulai mengendap-ngendap dan berusaha pergi meninggalkan Pak Gondrong dalam hati Pak gundul berkata “selamat tinggal sahabat ku, aku bosan jadi orang miskin seperti kita sekarang ini” dan Pak Gundul pun berjalan mengahampiri gerobak Pak Gondrong dia mencari dimana kotak yang diceritakan Pak Gondrong itu, tetapi Pak Gundul tidak menemukan kotak itu di dalam gerobak Pak Gondrong. Pak Gundul kembali ke tempat istirahat Pak Gundul dengan berjalan pelan-pelan Pak Gundul sambil memikirkan bahwa jika kotak itu isinya sebuah perhisan atau mungkin saja kotak itu isi nya uang yang bisa membuat Pak Gundul menjadi orang yang kaya raya. Sampai ditempat peristirahatan Pak Gondrong Pak Gundul mencari kotak itu, Pak Gundul melihat Kotak itu ada disamping Pak Gondrong beristirat. Pak Gundul dengan perasaan yang gembira karena sudah menemukan kotak itu dan sebentar lagi dalam hati Pak Gundul, kotak itu akan menjadi miliknya. Pak Gundul pun mengambil kotak itu dengan pelan-pelan dan membawa kotak itu jauh dari Pak Gondrong. Jam sudah menunjukan jam 10.45, hari sudah menunjukan tengah malam. Pak Gundul mencari tempat yang sepi untuk membuka kotak itu, sambil berjalan dengan malam yang gelap gulita,dan dan dengan dinginnya udara malam hari. mobil dan motor masih banyak yang berlalulalang, karena di kota – kota besar memang tidak ada sepi di jalan raya. Pak Gundul akhirnya menemukan tempat yang sepi, tempat itu ada di sebuah taman, Pak Gundul melihat tidak ada Orang yang ada di taman itu. Pak Gundul duduk di kursi yang ada di taman dan mulai membuka kotak itu perlahan-lahan, dan Pak Gundul mengintip isi kotak itu dan langsung membukanya. Dan ternyata isi kotak itu hanya sebuah sisir yang berwarna merah. Pak Gundul kaget “kenapa sebuah sisir ?”, dan “untuk apa sisir ini aku saja tidak mempunyai rambut”. Pak Gundul mulai menyesali perbuatan nya Pak Gundul sadar bahwa perbuatan yang dia lakukan itu tidak baik dan dan perbuatan Pak Gundul yang ingin meninggalkan sahabat yang sanagat baik bagi Pak Gundul. Sambil berbaring di kursi ia berpikir – pikir “apa Pak Gondrong mau memafkan aku ?” tak lama Pak Gundul mengantuk dan tertidur di kursi itu, dan bermimpi ada sebuah makhluk yang menyeramkan yang tidak pernah Pak Gundul melihat nya. makluk menyeramkan itu berkata kepada Pak Gundul “hey! Gundul, kamu seharus nya bersyukur mempunyai sahabat yang baik kepada mu dan kamu juga harus berbuat jujur kepada Pak Gondrong kalau kamu telah mengambil kotak itu dari nya tanpa sepengatahuan Pak Gondrong, dan kamu Pak Gundul harus meminta maaf kepada Pak Gondrong.” Pak Gundul tidak bisa berkata apa-apa di depan makluk yang menyeramkan itu, tak lama makluk menyeramkan itu menghilang dalam sekejap dan tak lama Pak Gundul melihat sosok Bapak, Bapak itu muka nya bersinar seperti cahaya, semakin dekat sinar itu menghilang dan ternyata bapak-bapak itu Pak Gondrong, Pak Gondrong, sepertinya ingin berkata tetapi susah sekali dan Pak Gondrong itu berkata dengan suara pelan “maafkan aku Pak Gundul, aku tidak bisa menganggap kamu sebagai sahabat ku lagi Pak Gundul kau meninggalkan aku saat sahabat mu susah dan kenapa kau tidak jujur kepada ku, tidak akan ku maafkan kamu Pak Gundul, dalam hati Pak Gondrong seperti gunung mengamuk tapi Pak Gondrong menahan emosinya. Kemudian Pak Gondrong mengangkat tangan nya dan tangan Pak Gondrong mengeluarkan sinar, sinar itu menutupi semua anngota tubuh Pak Gondrong dan tak lama sinar itu menghilang dan Pak Gondrong juga tak ada lagi. Pak gondrong berteriak “ jangan tinggal aku Pak Gondrong, tolong maafkan aku Pak Gondrong, aku telah berbohong kepadamu” Pak Gundul pun terbangun dan ternyata Pak Gundul bermimpi yang menyeramkan dan Pak Gundul segera balik ke rumah untuk bertemu dan meminta maaf ke rumah. Pak Gundul pulang ke rumah nya (kolong jembatan) dan mencari-cari dimana sahabat yang sudah dia tinggal kan nya. dia melihat Pak Gondrong sedang makan siang, Pak Gundul menghampiri Pak Gondrong dan langsung berkata “assalamualaikum Pak Gondrong maafkan aku, aku telah meninggalkan mu dan tidak berkata jujur kepada sahabatku aku telah berdosa kepada mu aku juga telah mengambil kotak dari mu, tolong maafkan aku Pak Gondrong.” Pak Gondrong menjawab “waalaikumsalam sahabat ku Gundul aku telah memafkan mu.” Pak Gundul pun menjawab “trimakasih Pak Gondrong sahabatku yang baik hati engkau telah memafkanku dan aku bisa mengambil hikma atas perbuatan ku, agar saya tidak berbohong lagi kepada siapa pun. Setelah dari kejadian itu Pak Gundul dan Pak Gondrong bekerja keras, kerja sama antara Pak Gundul dan Pak Gondrong dan dengan rasa syukur kepada ALLAH. Pak Gundul dan Pak Gondrong sekarang kehidupan mereka bisa tercukupi, dan Pak Gundul dan Pak Gondrong bisa mempunyai rumah sendiri, mereka tidak tinggal di kolong jembatan lagi
Jumat, 27 Mei 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar