Kakiku tak henti-hentinya berjalan. Hilir mudik di antara orang-orang hendak membeli makanan. Mengangkuti piring-piring kotor dan membawanya ke belakang. Membersihkan meja-meja yang kotor dan menerima pesanan para pelanggan yang tak hentinya datang.
“Mbak,aku pesen ayam bakar dan nasi bakar ya !”
“Mbak tolong tambah air dong!”
“Mbak tolong bersihin meja ini dong! Kotor nih kena cipratan makanan.”
“Iya –iya baik.”
Peluh besar-besar mengalir deras dari dahiku. Selama sehari penuh aku berjalan mondar-mandir, memenuhi keinginan para pelanggan. Tepat jam 5 sore, restoran kami tutup. Hari ini, aku kebagian tugas untuk membersihkan restoran.
“Huuuhh !! Akhirnya,sudah selesai .”Keluhku.
“Capek ya Lan?” tanya Hesta.
“Iya nih, super capek banget.”
“Kalau gitu, aku pulang dulu ya ? Udah di jemput .Byee!”
“Iya, byee ! Hati-hati di jalan ya ?”
“Iya.”
Setelah 15 menit beristirahat sebentar di restoran, aku berjalan ke belakang. Membuka lokerku dan mengganti pakaian kerjaku dengan pakaian biasa. Di restoran, aku tingggal seorang diri, semua teman-temanku sudah pulang semua. Termasuk juga bosku.Aku merenung sebentar.
“Kapankah hidupku bisa lebih berkembang? Ibu,adik-adik,maafin kakak ya. Kakak janji, akan menjadi lebih baik lagi. ”Aku berkata dalam hati sambil menghitung gaji yang aku dapat bulan ini. ”Huuffth! Aku harus lebih hemat nih. Dito harus sekolah. Sebentar lagikan dia masuk SMA, Rifa juga harus masuk SMP.
Aku berjalan gontai menyusuri jalan menuju rumah kosku. Sampai-sampai tak ada seseorang di jalan, malah ada tiga orang yang sedang berdiri menungguku di rumah kosku. Mereka tersenyum melihatku datang.
“Kak Wulan! Kak Wulan! Kami datang !” seru Dito. Deg. Jatungku serasa berhenti. Keluargaku datang.Gimana ini?”
“Kak Wulan, cepet dong sini! Kok malah bengong sih? Mikirin apa? Ini kami datang. Rifa, kak Dito dan Ibu.”Kata Rifa.
“Iya, kamu kenapa nak? Kamu sakit?”
“E. . . .e . . . .o . . . .oh tidak bu. Wulan baik-baik saja. Bgaimana Ibu dan adik-adik bisa tahu kalau Wulan tinggal disini ?”
“Kami diberitahu teman kakak.” jawab Rifa.
“Oooh . . . .Ayo kita masuk. Maaf, kos Wulan kecil Bu. Tapi, nggak papalah asal bisa digunakan untuk berteduh. Ayo, tidak baik di luar terus.”
“Nggak papa, Nak. Yang penting Ibu sudah dapat bertemu dengan kamu lagi.”
Aku hanya dapat tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dalam keluarga kecilku itu. Apalagi Dito dan Rifa,sepertinya mereka sangat bahagia dengan apa yang saelama ini kuberikan padanya. ”Maafkan aku ibu, Dito, Rifa.Kakak terpaksa bohong pada kalian.Kakak tidak punya pilihan lain.Ini semua hanya untuk kalian.Kakak hanya ingin melihat kalian bahagia.”ratap batinku dengan sedih.
“Wulan? Wulan? Kenapa nak ? Dari tadi Ibu perhatikan, kamu melamun terus.Apa yang sedang kamu pikirkan ?Cerita dong sama Ibu !”
“Ti-tidak ada apa-apa kok Bu .Wulan baik-baik saja.Ibu tenang saja.”kataku.
“Benar ? kamu tidak bohong?”
“Tidak Bu Wulan tidak bohong.”
“Ya sudah kalau begitu.”kata Ibu “Oya Wulan,Ibu dan adik-adikmu akan menginap disini selama seminggu untuk liburan .Nggak papa kan ?”
“E . . .em . . . ya, yza nggak papa sih Bu.Terserah Ibu dan adik-adik saja.Wulan malah senang ada temannya disini.”
“Baiklah.”
Hari-hari yang kulalui bersama kedua adik dan Ibuku berjalan baik-baik saja selama 3 hari ini.Namun,pada hari-hari ke-empat Dito menanyakan hal yang sangat membuatku terkejut.Ia bertanya ,kapan dia ,Rifa dan Ibu bisa ke restoran tempat aku bekerja sebagai maneger.Aku kaget sekali,ketika ia menanyakan hal itu.
“Kak Wulan, seperti apa sih tempat kerja kak Wulan ? pasti bagus ya?”
“Ah,nggak.Biasa saja kok.”
“Alaah,nggak mungkin.Kakak kan jadi maneger .Mana mungkin restorannya jelek . . . Ehm,apalagi ruangan kakak.Pasti bagus ya?”tanya Rifa.
“A . . .e . . . ehm.Gimana ya dek?’jawabku gugup.
“Ayolah,kak.Boleh dong?”
“Ehm nanti kakak pikirin lagi deh.”
“Ok! Beneran lho kak ?” kata Dito dan Rifa bersamaan.
“Insya Allah .Kaka brlum bisa janji.”
“Yaaaah . . . .kok gitu sih ?”tanya Dito lesu.
“Soalnya ,bos kakak itu galak.Nggak boleh sembarangan orang masuk ke restoran.Apalagi ke ruangan kakak.”
“Tapi,kita kan keluarga kakak.Boleh ya ? Boleh?”ratap Dito.
“Iya deh.”jawabku mengalah.
Aku berangkat menuju tempat kerjaku.Sesampainya di restoran.aku tidak langsung ganti baju.Aku langsung ke ruangan Bosku yang sekaligus juga temanku sendiri.
“Tok . . .tok . . .tok . . .
“Masuk !” kata Edy
“Pagi, Bos.”sapaku.
“Pagi .Tumben pagi-pagi kamu kesini.Ada apa ?”tanya Edy.
“Begini, Bos . . .”
“Eeh,tunggu-tunggu.Kok kayaknya nggak enak ya,kalau kamu memanggilku
Bos.Panggil Edy saja dong.Biar kesannya nggak formal banget gitu.”
“Iya,deeh Edy.Begini Ed.Sebenarnya,aku mau minta tolong sama kamu.Kira-kira kamu mau nggak,tolongin aku?”
“Tolong apa dulu nih ?Kalau aku bisa,aku pasti bantu.Tolongi apa sih?”
“Gini Ed,boleh nggak,kalu aku jadi maneger di restoran kamu?Sekali ini saja ? Boleh ya ?”
“Memangnya kenapa sih ?”
“Ehm . . .pokoknya ada deh.Ntar kalau aku sudah siap untuk cerita,pasti aku akan ceritakan ke kamu.”
“Baiklah, kalau itu maumu,tapi untuk kali ini saja ya ?”
“Ok deh.Makasih ya,kamu memang temanku yang paling baik.”
“Iya deh,sama-sama.”
“Ya udah aku lanjutin kerjaanku dulu ya ?’
“Iya ?”
Untungnya Edy mengijinkanku. Lalu,aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku.
Hari sudah hampi larut malam.Setelah membersihkan piring-piring yang kotor dan menata meja kursi yang berantakan,aku lalu menuju lokerku untuk ganti pakaian biasa .Setelah itu, aku pulang ke kos-kosan.
Sesampainya di kos-kosan,aku melihat Ibu yang srdang berdiri di teras depan untuk menunggu kedatanganku.
“Assalamu’alaikum ?”
“Wa’alaikum salam.”jawab Ibu. “Kamu jam segini kok baru pulang kerja nak?”
“Iya Bu.
“Ya sudah sekarang kamu masuk dan langsung tidur,pasti kamu capek sekali.”
“Baik Bu.”
Melihat perhatian Ibu yang begitu besar kepadaku,aku jadi merasa bersalah,karena aku tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Ibu.Dan aku juga merasa bersalah kepada kedua adikku.
Ayam jantan sudah berkokok dan matahari pun sudah terbit dari Timur.Tandanya hari sudah pagi.Aku lalu bangun dari tempat tidurku dan merapikannya.Setelah merapikan tempat tidurku, aku lalu mandi,setelah itu ganti baju dan bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Sebelum berangkat kerja kami makan pagi bersama,makan masakan yang telah disiapkan oleh Ibu.Tetapi ketika sedang makan,tiba-tiba Dito dan Rifa nanti mengajak makan siang bersama di restoran tempatku bekerja.
“Kak nanti kita makan siang bersama di restoran tempat kakak kerja ya ?”
“Iya kak,kakak kan sudah janji kepada kita.”desak Rifa membela Dito.
“Ehm . . .gimana ya ?”
“Ayolah kak ,sekali saja biar kami tahu tempat kerja kakak itu seperti apa ?
Iya kan Bu ?”
“Ibu terserah sama kakak kalian saja.”
“Ya sudah deh,ntar kak Wulan jemput jam 12.00 ya.”
“Nah gitu dong kak.Ok deh kak.”
Dalam perjalanan ke restoran,hatiku merasa gelisah.Selalu di hantui oleh perasaan bersalah.Sesampainya di restoran,aku langsung menumui Edy untuk membicarakan soal ini kepadanya.Setelah membicarakan hal ini kepada Edy,kami langsung memberitahukan, kepada para pelayan yang lain untuk berpura-pura memanggilku dengan sebutan Bu Wulan.
“Memangnya kenapa sih Lan,kok tiba-tiba kamu menyuruh kita untuk memanggil kamu dengan sebutan Bu Wulan ?”tanya Hesta.
“Nggak ada apa-apa kok.”
“Ayolah Lan cerita sama aku.Aku kan teman kamu ?’
“Bener Ta,nggak ada apa-apa.”
“Ya sudah deh kalau kamu memang nggak mau cerita sama aku.”
Jarum jam di dinding telah menunjukkan pukul 12.00,ini tandanya aku harus ganti seragam pelayanku dengan pakaian biasa yang lebih rapi.Supaya Ibu dan adik-adikku tidak curiga kepadaku.Dan seelah aku selesai ganti pakaian,aku lalu pergi untuk menjemput Ibu dan adik-adikku untuk makan siang bersama di restoran ini.
Ketika aku tiba di kos-kosan,Ibu dan adik-adikku sudah bersiap-siap untuk pergi.Mereka telah menunggu kedatanganku.Setelah semuanya siap kami pun langsung berangkat menuju ke restoran.
Sesampainya di restoran,kami langsung masuk ke dalam,duduk di meja makan dan memesan makanan kepada pelayan.
“Siang Bu Wulan ?”sapa salah seorang pelayan,yang sudah diberitahu untuk berpura-pura memanggilku dengan sebutan Bu Wulan.
“Siang .”
“Ini keluarga Bu Wulan ya ?”
“Iya ini keluarga saya.”
“O . . .silahkan mau pesan apa ?”
“Kami pesan makanan yang menjadi khas di restoran ini saja.”
“Baiklah,akan segera saya antar.”
“Kak ternyata restorannya kecil ya,benar apa kata kakak.Ya nggak papa lah,yang penting kakak disini kerjanya sebagai seorang maneger.”Kata Dito.
“Iya benar Wulan apa kata adikmu.”tambah Ibu.
Aku hanya bisa terdiam dan mengangguk saat mereka mengatakan itu kepadaku dan aku tambah merasa bersalah.
“Ini Bu pesanannya,silahkan.”
“Iya,terima kasih.Silahkan Ibu,Dito,Rifa,makanannya dimakan.”
“Ehm ternyata makanannya enak ya kak.”seru Dito dan Rifa.
“Iya Lan,Ibu baru pertama kali ini makan masakan restoran,dan ternyata enak ya makanannya ? “Iya Bu.”
Setelah semuannya selesai makan,aku lalu mengantarkan Ibu dan adik-adikku kembali ke kos-kosan .Setelah mengantarkan mereka,aku lalu kembali ke restoran untuk bekerja sebagai seorang pelayan dan bukan sebagai maneger.Aku juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Edy.
“Terima kasih ya Ed,karena kamu telah mengijinkanku untuk melakukan sandiwara ini.”
“Iya,tetapi kenapa kamu melakukan hal ini ?”
“Aku melakukan ini semua,karena aku terpaksa Ed.Aku tidak ingin melihat Ibu dan kedua adikku sedih,melihat aku yang seperti ini,hanya menjadi seorang pelayan.Padahal mereka ingin aku menjadi yang lebih dari itu.Tetapi sekarang ini aku juga masih melamr pekerjaan di kantor-kantor kok.”
“Tetapi apa nggak sebaiknya,kamu berkata jujur kepada mereka,bagaimanapun juga kejujuran itu penting.”
“Iya Ed,aku tahu itu,nanti kalau aku sudah siap pasti aku akan mengatakan yang
sebenarnya kepada mereka.”
“Ya sudahlah,terserah kamu saja,tapi aku berharap kamu secepatnya mengatakan yang sebenarnya kepada Ibu dan kedua adikmu.”
“Ya Ed,makasih atas nasehatnya.”
“Ya sama-sama.”
Pagi hari seperti biasanya,aku pergi untuk kerja,tapi sebelum berangkat aku terlebih dahulu berpamitan kepada Ibu.Setelah sampai di restoran aku langsung menuju lokerku untuk ganti pakaianku dengan pakaian kerja.Saat aku sedang melanyani pelanggan,tiba-tiba Ibu dan kedua adikku lewat melihat aku membaewa nampan,membersihkan piring-piring yang kotor .Mereka kelihatannya sangat terkejut sekali melihat hal ini.
Saat sesampainya di rumah Ibu dan kedua adikku menanyakan hal itu kepadaku.Lidahku rasanya kaku untuk menjawab semua pertanyaan dari Ibu dan kedua adikku,kepadaku.Lalu mau tidak mau,aku harus mengatakan ini semua yang sebenarnya kepada mereka,walaupun aku tahu ini pasti sakit bagi mereka mengetahui hal ini.
“Ibu maafin Wulan.Adik-adik maafin kakak ya,karena Wulan telah berbuhong kepda Ibu dan kalian,tapi saya terpaksa melakukan ini semua.”
“Tetapi kenapa kamu melakukan semua ini nak?”
“Iya kak,kenapa kakak melakukan semua ini kepada kita ?” “Kakak melakukan ini semua,karena kakak tidak ingin melihat Ibu dan kalian sedih melihat keadaan kakak yang seperti ini.”
“Tetapi menjadi seorang pelayan kan pekerjaan yang halal nak?”
“Ibu maafin wulan ya,wulan janji tidak akan berbohong lagi kepada Ibu dan adik-adik.”
“Iya nak,kami pasti maafin kamu.”
Setelah mengatakan yang sebenarnya kepada keluargaku,rasanya hati merasa lebih tenang ,dan tidak merasa bersalah lagi.Lalu pada saat itu aku menerima kabar yang bahagia.
Ternyata lamaranku di terima,pada sebuah kantor dan kini pangkatku naik,menjadi seorang sekretaris Bos.Aku lalu mengundurkan diri dari restoran,tapi aku juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada Edy,yang sudah memberiku pekerjaan.Mendengar kabar ,kalau aku di terima kerja di kantor sebagai seorang sekretaris Bos,keluargaku sangat bahagia sekali.
Gajikku kini lebih dari cukup untuk menghidupi keluargaku.Aku sudah bisa membiayai semua uang sekolah kedua adikku,tanpa mengutang kesa-kemari,dan juga saat ini aku sedang membangunkan sebuah rumah untuk keluargaku disana,
biar mereka tidak mengontrak lagi.Dan,sekarang ini aku sudah dapat tinggal di kos-kosan yang agak besar dan bagus dari kosku yang lama.Hidupku sekarang terasa lebih indah.
Memang benar apa kata orang, jujur itu makmur,jujur itu indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar