Setiap pagi Akbar selalu berjualan koran di dekat lampu merah Jl.Habibon dan tak jauh dari pekarangan rumahnya yang dekat dari jalur perkotaan yang sangat ramai. Biasanya, Akbar selalu berangkat pagi sekali untuk membeli koran di tempat produksi koran terlaris di kotanya. Sifat rela berkorbanya itu ia lakukan demi kebutuhan Ibunya yang sedang sakit dan adiknya yang baru berusia 5 tahun. Sebenarnya, Akbar sudah lama mencari nafkah untuk keluarganya karena ayahnya pergi merantau ke luar kota untuk mencari pekerjaan. Akbar biasanya menjual koran dengan teman sekolahnya yang menjalani hidup seperti dia. Sering kali, Guru sekolahnya membantu Akbar dengan memberi uang jajan dan memberi makanan untuknya dan untuk keluarganya. Hasil penjualannya hanya cukup untuk membeli lauk dan membeli obat untuk Ibunya. Kalau ada waktu luang biasanya Akbar menambah uang dengan melakukan pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingannya adalah menjaga kambing tetangga dan memberinya makan. Biasanya ia menjaga kambing Pak Somad. Pak Somad adalah orang terkaya di kampung tersebut sekaligus ia menjabat sebagai Ketua RT di kampung tersebut.
Akbar juga biasanya membaca buku sekolah untuk menambah ilmu dan untuk menggapai cita-citanya itu menjadi guru. Akbar juga pernah menjadi juara kelas di sekolahnya itu. Akbar juga tidak lupa untuk beribadah. Setiap adzan dikumandangkan kegiatan yang dilakukan pasti diberhentikan sejenak untuk shalat di Masjid dekat rumahnya itu. Selain mempunyai sifat Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Akbar juga suka berkata jujur kepada setiap orang, sebab Akbar terlahir dari keluarga yang baik dan sederhana. Akbar juga banyak mempunyai prestasi,salah satunya adalah ia pernah memenangkan lomba cerdas cermat, maka dari itu banyak guru sekolahnya suka kepadanya. Akbar juga tidak suka memilih milih teman dalam pergaulannya Menurut Akbar semua temannya sama, ia tidak membeda-bedakan bodoh dan pintarnya. Selain itu, Akbar juga menghormati temannya yang berbeda agama dengan dirinya,maka dari itu banyak temannya yang suka dengan dirinya. Akbar juga sering membantu kakek tua di dekat rumahnya itu. Biasanya akbar memberi makanan kepada kakek yang hidup sendiri itu. Akbar juga mempunyai sifat rajin. Ia bisanya mencuci baju, membersihkan rumah, mencuci piring, memasak dan lain lain. Akbar memang beda dari teman-temannya itu, yang biasanya temanya hanya menyuruh ibu dan bapaknya itu. Akbar hanya bisa berdoa dan bekerja keras.
Suatu pagi, tepat pukul 06.55 Akbar bergegas ke tempat produksi Koran. Disana sudah banyak teman-temannya untuk membeli koran. Setelah ia sudah membeli koran yang harganya separuh dari hasil penjualannya kemarin, Akbar langsung berjualan di tempat yang biasanya ia jual itu. Disana sudah ramai orang dengan kendaraannya masing-masing, seketika Akbar langsung berteriak ‘koran koran’ tiba-tiba langsung senang hati Akbar, karena banyak yang mau membeli koran Akbar. Hingga akhirnya dagangan Akbar habis. ‘Alhamdulillah daganganku habis’ kata Akbar. Sebenarnya Akbar ingin pulang ke rumahnya, tapi Akbar langsung ke masjid karena waktu Sholat Dzuhur tiba.Setelah Sholat, Akbar langsung pulang ke rumahnya, tapi ada kejadian yang mengejutkan karena di tengah jalan Akbar menemukan sebuah dompet yang berisi uang yang sangat banyak, lalu Akbar berkata ‘Kasihan sekali orang ini, lebih baik aku pulang dulu ke rumah lalu aku kembalikan dompet ini’ seketika Akbar langsung berlari menuju rumahnya, tapi di pertigaan jalan ada dua orang perampok, langsung saja Akbar berlari sekencang mungkin untuk menghindar dari perampok itu, akhirnya Akbar selamat dari dua orang jahat itu. Sesampai di dalam rumahnya, Akbar langsung menceritakan tentang dompet yang ia temui. Akbar berkata ‘Bu, tadi aku menemukan dompet yang berisi banyak sekali uang tapi bagaimana aku mengembalikan dompet ini bu?’ seketika Ibu akbar berkata ‘Lihat saja di KTPnya pasti ada alamat rumahnya’. Mendengar perkataan ibunya Akbar langsung berpamitan kepada ibunya. Setelah melihat alamat rumah pemilik dompet itu, Akbar langsung bergegas ke alamat rumahnya, tapi dia tidak tahu dimana JL.Sudirman karena alamat rumahnya JL.Habibon dan dia tidak pernah jalan ke sana,jadi dia tidak tahu JL.Sudirman itu dimana, akhirnya Akbar mencari ide agar dia bisa mengembalikan dompet itu. Langsung seketika Akbar mempunyai ide untuk bisa mengembalikan dompet itu. Ide Akbar adalah pergi ke taman kota dan melihat denah rumah- rumah di kotanya, walaupun jauh, Akbar tetap berusaha untuk mengembalikan dompet tersebut. Akhirnya, Akbar sampai di Taman kota,tetapi ada satu hal yang membuat Akbar bingung karena JL.Sudirman sangat jauh dari rumahnya itu, akhirnya Akbar berniat pulang ke rumahnya karena dia bingung bagaimana cara agar dia bisa sampai di sana. ‘Sebaiknya aku pulang, karena aku mau memikirkan ide untuk bisa sampai ke sana’ pikirnya. Sesampainya di rumah, Akbar langsung ditanya oleh ibunya, ‘Akbar, sudah mengembalikan dompet itu?’. Akbar langsung berkata ‘Belum bu, karena alamat rumahnya jauh sekali dari sini, Akbar masih mencari cara untuk bisa ke sana’. Ibunya lansung menjawab ‘Ya sudah kalau begitu, sekarang kamu mandi dulu baru sholat magrib.’ Akbar pun langsung melaksanakan perintah ibunya. Setelah itu, Akbar belajar sebentar sambil memikirkan cara yang lebih baik.
Akhirnya Akbar mempunyai ide yang kemungkinan lebih cemerlang lagi. Akbar berkata ‘Aha, aku punya ide sekarang aku tidur aja dulu’. Keesokan harinya, Akbar tidak berjualan koran karena dia mau mengembalikan dompet tersebut. Sehabis sarapan, Akbar langsung berpamitan pada ibunya dan pergi untuk mengembalikan dompet tersebut, tapi Akbar pergi ke Taman kota untuk melaksanakan idenya itu. Ia bekerja mengumpulkan botol – botol bekas untuk dijualnya. Hingga sudah banyak terkumpul Akbar berhenti sejenak untuk melaksanakan sholat dzuhur. Sehabis sholat dzuhur Akbar menjual botol bekasnya di Toko Kerajinan barang bekas yang dekat dari Taman kota. Ternyata, hasil jualan botol bekas itu Rp.20.000. Akbar pun berkata ‘Alhamdulillah,cukup untuk naik taksi ke JL.Sudirman dan sisanya untuk membeli obat untuk ibu, Alhamdulillah’. Akbar langsung naik taksi untuk bisa mengembalikan dompet itu. Akhirnya, Akbar sudah sampai di rumah yang punya dompet itu. Akbar pun mengucapkan salam ‘Assalamualaikum’ terdengar jawaban dari dalam rumah ‘Walaikumussalam’. Akbar langsung berkata ‘Bisakah saya bertemu orang yang punya dompet ini?’, orang itu pun menjawab ‘Silakan masuk dek, kita bicarakan di dalam, ayo!’. Akbar pun masuk ke dalam rumah tersebut dan membicarakan tentang dompet itu, Akbar pun berkata ‘Saya mendapatkan dompet ini sehabis saya menjual koran dan bisakah saya bertemu dengan DR.Sriwijaya?’. Orang itu langsung menjawab ‘Ya dek, saya sendiri dan siapa nama adek?’. Akbar pun menjawab ‘Akbar, dan ini pak dompetnya’. DR.Sriwijaya pun berterima kasih kepada Akbar, tapi Akbar langsung berkata ‘Maaf pak, tapi saya harus pulang karena saya pasti dicari ibu saya!’. DR.Sriwijaya langsung menjawab ‘Baik dek, tapi mari saya antar pulang sebagai rasa terima kasih saya’. Sesampai di rumah Akbar, DR.Sriwijaya merasa kasihan dengan kondisi rumah Akbar, tapi sampai di depan pintu terdengar suara seperti gelas pecah, langsung seketika mereka masuk ke dalam rumah .Ternyata itu dari Ibu Akbar yang pingsan. DR.Sriwijaya langsung berkata ‘Ayo, kita bawa ke Rumah Sakit!’. Sesampai di Rumah Sakit, DR.Sriwijaya langsung memeriksa kondisi ibu Akbar. Selama Ibu Akbar masih dirawat, Akbar dan adiknya tinggal di rumah DR.Sriwijaya dan biaya perawatan Ibunya ditanggung oleh DR.Sriwijaya. Akbar dan adiknya juga diberi beasiswa. Setelah sembuh, Ibunya sangat berterima kasih kepada DR.Sriwijaya. Langsung seketika Akbar berkata ‘Terima kasih dokter atas semuanya’. DR.Sriwijaya menjawab ‘Sama-sama, ini semua karena kejujuranmu Akbar’. Akhirnya keluarga Akbar menjadi sangat bahagia. Akbar pun berkata pada ibunya ‘Bu, baik sekali DR.Sriwijaya’ ibunya pun langsung menjawab ‘Iya, semoga Allah membalas kebaikannya’.’Amin’ kata Akbar, tapi sesuatu terjadi, Ibu Akbar langsung pingsan seketika .Akbar langsung menelpon DR.Sriwijaya .Ketika DR.Sriwijaya dating. Ibu Akbar langsung diperiksa sama DR.Sriwijaya, tiba-tiba DR.Sriwijaya berkata ‘Akbar yang sabar ya, karena ibu Akbar sudah tidak ada, ‘Innalillahi wainnailayhirojiun’. Akbar langsung menangis, begitu pula adiknya. Sore harinya, jenazah ibu Akbar dimakamkan . DR.Sriwijaya berkata ‘Sabar ya nak, tapi kalian boleh tinggal di rumah dokter’ Akbar menjawab ‘Terima kasih dok’. Akhirnya, Akbar menjalani hidupnya bersama DR.Sriwijaya yang dianggap sebagai orang tuanya itu. Akbar juga sering berdoa agar ibunya di tempatkan di tempat yang paling baik. Adiknya juga senang karena bisa bersekolah walaupun tidak ada orang tuanya. Akhirnya, Akbar kembali bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar